Mencari Sumber Polusi di Udara melalui Source Apportionment

Dipublikasikan pada: 11 October 2021

Mencari Sumber Polusi di Udara melalui Source Apportionment

Dalam menanggulangi pencemaran udara di suatu kota, penting untuk mengetahui sumber pencemar utama. Untuk pusat perekonomian seperti DKI Jakarta, dengan lebih dari 11 juta kendaraan yang tercatat, mengetahui sumber utama polusi akan memudahkan merumuskan aksi kebijakan untuk menuju udara yang lebih bersih. 

Ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi sumber polusi: pendekatan berbasis sumber menggunakan inventarisasi emisi dan pendekatan berbasis reseptor menggunakan sampel filter udara untuk mengkarakterisasi secara kimiawi sumber yang berkontribusi terhadap polusi udara atau sering disebut dengan source apportionment. 

Sepanjang tahun 2019 hingga 2020, Vital Strategies bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan penelitian untuk mencari sumber polusi menggunakan pendekatan berbasis reseptor dan mengumpulkan sampel untuk menghitung kontribusi PM2.5 dalam dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Pengumpulan sampel ini dilakukan di tiga lokasi, yaitu di Gelora Bung Karno (GBK), Kebon Jeruk (KJ) dan Lubang Buaya (LB).
 

-


Kajian ini adalah pertama kalinya dilakukan penelitian untuk mencari kontributor sumber emisi di dalam tingkat PM2.5 ambien di Jakarta. Dalam penelitian ini, sample PM2.5 dikumpulkan dan dianalisis komposisi kimianya untuk mencari sumber pencemar PM2.5. Dua metode statistik (model reseptor) digunakan untuk memperkirakan kontribusi sumber terhadap konsentrasi PM2.5 ambien, dan hasilnya dibandingkan untuk meningkatkan kepercayaan pada temuan.

Sektor Transportasi Kontributor Utama Polutan PM2.5
Kajian ini menemukan bahwa dari tiga lokasi pengumpulan sampel, ditemukan bahwa kontributor polutan PM2.5 di Jakarta adalah dari sektor transportasi yaitu 32-41% di musim penghujan dan 42-57% di musim kemarau. Temuan yang menonjol dari kajian ini adalah adanya jejak pembakaran batu bara yang terdapat pada polutan PM2.5 di Jakarta sebesar 14% untuk pengumpulan sampel di Lubang Buaya terutama di musim penghujan. 

Selain itu, aktivitas konstruksi juga ditemukan di musim hujan di Kebon Jeruk sebesar 13%. Pembakaran terbuka juga menjadi salah satu sumber yang utama yang ditemukan di musim hujan di pengumpulan sampel Kebon Jeruk dan Lubang Buaya sebesar 11?n 9% di musim kemarau di Lubang Buaya. Pembakaran terbuka biasanya berasal dari pembakaran sampah di ruang terbuka dan pembakaran dari aktivitas agrikultur.

 

-

 

Studi ini belum dapat menentukan dengan tepat sumber polusi yang teridentifikasi dan juga belum dapat menentukan kontribusi relatif dari sumber lokal dan regional. Meski begitu, pengetahuan tentang aktivitas emisi dan lokasi sumber titik dan area di sekitar lokasi pengambilan sampel dan area lingkungan (misalnya, Jabodetabek) dapat menjelaskan potensi sumber emisi. Misalnya, pembakaran terbuka yang teridentifikasi selama musim hujan di lokasi Kebon Jeruk mungkin merupakan indikasi pembakaran biomassa di area sawah yang luas di sebelah barat lokasi pengambilan sampel, dan seterusnya.

Langkah ke depan
Dari temuan ini, Vital Strategies dan ITB merekomendasikan untuk menerapkan solusi yang terbukti untuk mengatasi sumber emisi yang diidentifikasi melalui studi pembagian sumber ini. Misalnya, membatasi emisi gas buang dari knalpot kendaraan, mengurangi pembakaran batu bara baik dari industri ataupun pembangkit listrik, memberlakukan larangan pembakaran terbuka, dan mengontrol debu konstruksi, debu jalan beraspal, dan tanah terbuka.

Hasil studi pembagian sumber berbasis reseptor ini menunjukkan bahwa terdapat banyak sumber utama polusi PM2.5 ambien di dan sekitar Jakarta. Ke depannya, penelitian yang dilakukan disarankan dapat mencakup pendekatan berbasis sumber yang mencakup inventarisasi emisi dan analisis pemodelan untuk Wilayah Jabodetabek, serta pendekatan berbasis reseptor dengan jenis penanda yang lebih spesifik (misalnya penanda molekuler yang dapat lebih efektif mengidentifikasi sumber seperti batu bara) dan penggunaan dataset yang lebih besar. Temuan yang lebih baik dapat memandu berbagai pemangku kepentingan termasuk peneliti dan pembuat kebijakan dalam menerapkan kebijakan pengurangan polusi di sektor atau wilayah yang dituju.

Untuk membaca penelitian ini lebih lanjut, dapat mengunjungi tautan berikut.
Related tags: